Menara Siger dari depan
Pemerintah
propinsi Lampung membangun sebuah Landmark yang diberi nama menara siger. Menara
siger termasuk salah satu objek wisata yang kemegahan bangunannya sirna
terkikis oleh waktu. Di kemegahan bangunan itu ada sosok yang menjaga dan
merawat yaitu mereka para pegawai menara Siger.
Menara
siger merupakan karya arsitektur yang menonjolkan bentuk ciri budaya Lampung. Menurut
referensi buku yang ada di menara siger, siger adalah sebuah simbol adat budaya
Lampung yang dapat menyatukan berbagai faksi adat di propinsi Lampung.
Konstruksi menara siger dalam proses perencanaannya juga mendapat masukan dari
berbagai tokoh adat Lampung sehingga menjadi salah satu kebanggan masyarakat
Lampung. Kebanggan dimunculkan dalam berbagai cara seperti membuat bentuk skala
kecil untuk pintu gerbang perkantoran atau menggunakan sigger sebagai ikon.
Eko
hari, Satpol PP
Lokasi
yang dipilih untuk pembangunan menara siger adalah wilayah Bakuheni, Lampung
Selatan. Letaknya diatas bukit sehingga dapat dilihat dari kapal ferry yang
akan merapat ke pelabuhan maupun yang baru berangkat ke arah merak. Bakauheni dipilih
dengan alasan kuat yaitu untuk menandakan pintu masuk wilayah propinsi Lampung.
Menara siger inilah yang kemudian menjadi pertanda 0 km ujung selatan pulau
Sumatera. “Menara
siger menjadi titik nol pulau sumatera. Orang yang datang dari jawa melalui
Bakohoni akan melihat ikon lampung menara siger. Filosofi perempuan menggunakan
siger, laki menggunakan kopiah’’, jelas Eko hari, selaku pegawai kantor
pariwisata Lampung.
Coretan di dinding menara Siger
Obyek
wisata di Indonesia menjadi tujuan turis domestik hingga luar negeri. Hal ini
tentu berimbas pada pertumbuhan perekonomian daerah di sektor pariwisata tetapi
semua itu juga diimbangi dengan fakta miris. Rusaknya tempat wisata karena berbagai
faktor, pertama karena ulah pelancong yang tak ramah, kedua minimnya upaya
perawatan. Menara siger termasuk salah satu objek wisata yang kemegahan
bangunannya sirna terkikis oleh waktu.
Padatnya wisatawan di menara siger
masih terasa sejak tahun 2008 hingga 2012. Para wisatan lebih sering
mengunjungi menara siger saat hari sabtu, minggu, lebaran, dan tahun baru.
Ketika lebaran idul fitri jumlah pengunjung dapat mencapai 200 hingga 300
wisatawan. “Jumlah wisatawan tahun 2008-2015
masih standar akan tetapi semenjak tahun 2012 minat wisatawan semakin turun.
Penjagaan menara siger 24 jam oleh satpol PP, penjagaan terbagi 3 regu dari jam
08.00 hingga 16.00 dan jam 16.00 hingga 00.00
dan 00.00 sampai pukul 08.00’’, ujar Indoweni selaku satpol pp provinsi.
Nasrulloh
pegawai menara siger
Penurunan
pengunjung menara siger diakibatkan oleh perawatan yang semakin tahun menurun.
Sejak 4 tahun yang lalu anggaran untuk menara siger tidak ada. “Dari 2008
saya sudah disini, selama tahun 2008 telah ada perawatan berupa pengecetan 3
kali, dan perawatan bangunan seperti perbaikan plafon. ’’ ujar Nasrulloh selaku
pegawai menara siger. Fasilitas yang di sediakan seperti flying fox, manjat tebing, dan 3 bajaj untuk keliling wisatawan di
menara siger terhenti. Perawatan yang kurang mengakibatkan fasilitas hanya
berjalan sejak tahun 2013-2016 dan berhenti operasi setahun yang lalu.
Ismawati, salah satu pegawai wanita di menara siger
Para
pegawai menara siger bekerja sejak pukul 08.00 hingga 16.00. Sebanyak 14 orang
tenaga honor yang bekerja di menara siger, dua diantaranya ialah perempuan.
Sejak tahun 2013 para pegawai mencari dana sendiri untuk operasional menara
siger. “Kami cari sendiri dari operasional
dari pintu masuk toilet untuk beli peralatan pembersih. Hal yang saya senangin
bekerja disini walaupun tidak ada anggaran dari pemerintah kami tetap berjalan.
Kerjasama dan kekeluargaan di sini terasa kuat’’, ungkap Ismawati, salah satu
pegawai wanita di menara siger.
Tujuan
wisatawan untuk menikmati destinasi wisata yang ada. Namun apa yang dibayangkan
para pengunjung berbanding terbalik. Ketika wisatawan di menara siger, hanya
ada sebuah kekecewaan. Ketika memasuki menara siger, tak ada yang menarik. Para
wisatawan hanya seperti berjalan di sebuah lorong yang kosong tanpa adas
sesuatu. ‘Pengunjung banyak yang protes karena menara Siger tidak sesuai
harapan’, ujar Ismawati.
Pemberhentian
alokasi dana untuk perkembangan menara siger tidak menghambat Nasrulloh dan
para pegawai menara siger dalam menjalankan amanat mereka menjaga ikon Lampung
tersebut. Memutar otak demi mendapatkan dana perawatan menara siger mereka
lakukan dalam kurun 5 tahun terakhir ini. Harapan mereka hanya satu yaitu
pencairan dana pembangunan menara siger dan dapat membuat bangunan itu diminati
para wisatan lagi.
0 komentar:
Posting Komentar