Cari

Senin, 20 November 2017

Ikon Lampung yang Terkikis Oleh Waktu


Menara Siger dari depan
Pemerintah propinsi Lampung membangun sebuah Landmark yang diberi nama menara siger. Menara siger termasuk salah satu objek wisata yang kemegahan bangunannya sirna terkikis oleh waktu. Di kemegahan bangunan itu ada sosok yang menjaga dan merawat yaitu mereka para pegawai menara Siger.
Menara siger merupakan karya arsitektur yang menonjolkan bentuk ciri budaya Lampung. Menurut referensi buku yang ada di menara siger, siger adalah sebuah simbol adat budaya Lampung yang dapat menyatukan berbagai faksi adat di propinsi Lampung. Konstruksi menara siger dalam proses perencanaannya juga mendapat masukan dari berbagai tokoh adat Lampung sehingga menjadi salah satu kebanggan masyarakat Lampung. Kebanggan dimunculkan dalam berbagai cara seperti membuat bentuk skala kecil untuk pintu gerbang perkantoran atau menggunakan sigger sebagai ikon.
Eko hari, Satpol PP



Lokasi yang dipilih untuk pembangunan menara siger adalah wilayah Bakuheni, Lampung Selatan. Letaknya diatas bukit sehingga dapat dilihat dari kapal ferry yang akan merapat ke pelabuhan maupun yang baru berangkat ke arah merak. Bakauheni dipilih dengan alasan kuat yaitu untuk menandakan pintu masuk wilayah propinsi Lampung. Menara siger inilah yang kemudian menjadi pertanda 0 km ujung selatan pulau Sumatera.  “Menara siger menjadi titik nol pulau sumatera. Orang yang datang dari jawa melalui Bakohoni akan melihat ikon lampung menara siger. Filosofi perempuan menggunakan siger, laki menggunakan kopiah’’, jelas Eko hari, selaku pegawai kantor pariwisata Lampung.
Coretan di dinding menara Siger
Obyek wisata di Indonesia menjadi tujuan turis domestik hingga luar negeri. Hal ini tentu berimbas pada pertumbuhan perekonomian daerah di sektor pariwisata tetapi semua itu juga diimbangi dengan fakta miris. Rusaknya tempat wisata karena berbagai faktor, pertama karena ulah pelancong yang tak ramah, kedua minimnya upaya perawatan. Menara siger termasuk salah satu objek wisata yang kemegahan bangunannya sirna terkikis oleh waktu.
            Padatnya wisatawan di menara siger masih terasa sejak tahun 2008 hingga 2012. Para wisatan lebih sering mengunjungi menara siger saat hari sabtu, minggu, lebaran, dan tahun baru. Ketika lebaran idul fitri jumlah pengunjung dapat mencapai 200 hingga 300 wisatawan. “Jumlah wisatawan tahun 2008-2015 masih standar akan tetapi semenjak tahun 2012 minat wisatawan semakin turun. Penjagaan menara siger 24 jam oleh satpol PP, penjagaan terbagi 3 regu dari jam 08.00 hingga 16.00 dan jam 16.00 hingga 00.00  dan 00.00 sampai pukul 08.00’’, ujar Indoweni selaku satpol pp provinsi.
Nasrulloh pegawai menara siger
Penurunan pengunjung menara siger diakibatkan oleh perawatan yang semakin tahun menurun. Sejak 4 tahun yang lalu anggaran untuk menara siger tidak ada.  “Dari 2008 saya sudah disini, selama tahun 2008 telah ada perawatan berupa pengecetan 3 kali, dan perawatan bangunan seperti perbaikan plafon. ’’ ujar Nasrulloh selaku pegawai menara siger. Fasilitas yang di sediakan seperti flying fox, manjat tebing, dan 3 bajaj untuk keliling wisatawan di menara siger terhenti. Perawatan yang kurang mengakibatkan fasilitas hanya berjalan sejak tahun 2013-2016 dan berhenti operasi setahun yang lalu.
Ismawati, salah satu pegawai wanita di menara siger
Para pegawai menara siger bekerja sejak pukul 08.00 hingga 16.00. Sebanyak 14 orang tenaga honor yang bekerja di menara siger, dua diantaranya ialah perempuan. Sejak tahun 2013 para pegawai mencari dana sendiri untuk operasional menara siger. “Kami cari sendiri dari operasional dari pintu masuk toilet untuk beli peralatan pembersih. Hal yang saya senangin bekerja disini walaupun tidak ada anggaran dari pemerintah kami tetap berjalan. Kerjasama dan kekeluargaan di sini terasa kuat’’, ungkap Ismawati, salah satu pegawai wanita di menara siger.
Tujuan wisatawan untuk menikmati destinasi wisata yang ada. Namun apa yang dibayangkan para pengunjung berbanding terbalik. Ketika wisatawan di menara siger, hanya ada sebuah kekecewaan. Ketika memasuki menara siger, tak ada yang menarik. Para wisatawan hanya seperti berjalan di sebuah lorong yang kosong tanpa adas sesuatu. ‘Pengunjung banyak yang protes karena menara Siger tidak sesuai harapan’, ujar Ismawati.

Pemberhentian alokasi dana untuk perkembangan menara siger tidak menghambat Nasrulloh dan para pegawai menara siger dalam menjalankan amanat mereka menjaga ikon Lampung tersebut. Memutar otak demi mendapatkan dana perawatan menara siger mereka lakukan dalam kurun 5 tahun terakhir ini. Harapan mereka hanya satu yaitu pencairan dana pembangunan menara siger dan dapat membuat bangunan itu diminati para wisatan lagi.                                      

0 komentar:

Posting Komentar