Cari

The Lost World, Proyek Siluman di Lereng Merapi

Pembangunan The Lost World Castle yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) dinyatakan telah melanggar peraturan. Bangunan megah tersebut dibangun sejak 2013 tanpa memiliki ijin dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (DPMPPT) Kabupaten Sleman.

Kerak Telur, Jajanan Betawi Yang Mendulang Untung di Perayaan Sekaten

Kerak telur banyak dijajakan di Perayaan Pasar Malam Sekaten (PMPS) yang berlangsung mulai tanggal 10 November hingga 30 November di Alun-alun Utara Yogyakarta. Kurang lebih ada sekitar 20 penjual kerak telur yang memanfaatkan event besar ini untuk mencari uang.

Rahasia Dari TPST Piyungan

“Rasa kepuasan membuat orang miskin adalah seseorang yang kaya, sementara rasa ketidakpuasan membuat orang-orang kaya menjadi seorang yang miskin”, kutipan dari Benjamin Franklin yang terpatri dijiwa Kusmiantoro. Bukan keluhan yang selalu ia lontarkan.

Mengenalkan Kulon Progo Melalui Komunitas Bule Mengajar

“ingin bermanfaat bagi orang lain dan daerah”, sebuah prinsip yang terdengar sederhana.

Ahmad Rewo : Commfest Adalah Rangkaian Cara Yang Sangat Basgus

Ahmad Jihad Akbar Rewo mengatakan semoga acara ini terus ada kedepannya, karena ini adalah sebuah rangkaian acara yang sangat bagus dan bermanfaat.

Sabtu, 23 September 2017

Calon Tunggal Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FISIP Lakukan Orasi


Pemira (Pemilu Raya) akan digelar serempak oleh seluruh Organisasi Kemahasiswaan di lingkungan UPN “Veteran” Yogyakarta pada 26 September 2017. Dalam rangkaian Pemira, Calon Gubernur BEM FISIP (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik) Mahendra Darujati bersama Wakilnya Hercya Kirana Menyampaikan orasi di Kampus II UPN “Veteran” Yogyakarta, Jum’at  15 September.

Dalam orasinya, pasangan tunggal tersebut menyampaikan Visi dan Misinya termasuk merangkul kembali KSM (Kelompok Studi Mahasiswa) yang ada dilingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ”kita akrab dengan BEM KM dan sesama BEM Fakultas lain, tapi justru dengan organisasi dibawah kami tidak terlalu akrab” ujar Hercya saat ditemui disela-sela orasi. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak banyaknya mahasiswa fisip yang mengenal sosok Gubernur BEM FISIP.

Orasi Cagub dan Wagub BEM FISIP berlangsung dua jam dan dihadiri juga oleh calon Presma (Presiden Mahasiswa) BEM KM UPN “Veteran” Yogyakarta, dengan hadirnya calon presma terbukti menarik minat mahasiswa untuk hadir dan menyaksikan orasi. Penyampaian Visi dan Misi direspon baik oleh mahasiswa yang hadir, walaupun dihadiri banyak mahasiswa namun kondusifitas masih terjaga.

Menurut salah satu calon Presma, Facrun Pramudya, Pemira tahun ini dirasa lebih semarak karena peserta Pemira jauh melebihi jumlah tahun lalu. Dan diharapkan Pemira dapat menghasilkan para pemimpin organisasi yang konsisten bertanggung jawab atas suara dari mahasiswa.

Jumat, 22 September 2017

Ukhuwah Cup : Sarana Menjaga Persaudaraan Antar Lembaga Dakwah Kampus

Yogyakarta, fotnewsupnyk - Sebagai sarana menjaga persaudaraan antar Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Nurul Ilmi LDK Teknik Pertambangan mempersembahkan turnamen futsal antar LDK yang berada di Universitas Pembangunan Nasional  ‘Veteran’ Yogyakarta (21/09).


Turnamen ini diikuti oleh 15 kelompok futsal dari 10  LDK. Masing-masing LDK maksimal mengirimkan 2 kelompok futsal, dengan 1 kelompok beranggotakan 5 pemain inti dan 5 pemain cadangan. Bertempat di Telaga Futsal 2 Condong Catur, masing-masing LDK berlomba memperebutkan piala Ukhuwah Cup yang diadakan setiap satu tahun sekali.

Pertandingan antara HIMATANA Fakultas Ekonomi dengan Nurul Ilmi Teknik Pertambangan pada Ukhuwah cup 2017 di Telaga Futsal 2 Condong Catur pada Kamis (21/09). Foto : Rio Adhitya
Pada awalnya sempat terkendala dalam pemilihan waktu pelaksanaan turnamen. Namun, berkat kerja keras panitia, Ukhuwah Cup akhirnya sukses terselenggara. Disisi lain animo LDK  tampak lebih tinggi dalam mengikuti Ukhuwah Cup 2017 ini. Penanggung jawab Ukhuwah Cup, Pandu Puspogaluh mengapresiasi peningkatan antusiasme masing-masing LDK dibandingkan Ukhuwah Cup tahun lalu. “Alhamdulillah tahun ini yang berpartisipasi dalam Ukhuwah Cup cukup tinggi, tidak disangka yang akan ikut melebihi ekspetasi kami, ini berkat masing-masing LDK yang saling mendukung, sehingga Ukhuwah Cup ini bisa diikuti oleh banyak LDK” jelas Pandu.

Ketua Khoiru Ummah, Faiz Akbar Prihutama, juga mengapresiasi berjalannya Ukhuwah Cup tahun ini. “Alhamdulillah berjalan dengan lancar, berjalan dengan suportif, para pemain bermain dengan baik, panitia dan segala yang mendukung berjalannya acara ini sudah melaksanakan tugasnya dengan professional” ungkap Faiz saat ditemui tim fotnewsupnyk.

Ukhuwah Cup ini merupakan program kerja LDK Nurul Ilmi yang diampu oleh devisi Kaderisasi. Ukhuwah Cup merupaka turnamen futsal antar LDK untuk mempererat tali persaudaraan. Selain sebagai media mempererat persaudaraan Ukhuwah Cup juga digunakan sebagai media dakwah, dengan persyaratan untuk celana harus dibawah lutut menutupi aurot laki-laki. (Dhimas Bagus S)

Pertandingan antara HIMMFIS Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Al Kahfi Teknik Kimia pada Ukhuwah cup 2017 di Telaga Futsal 2 Condong Catur pada Kamis (21/09). Foto : Rio Adhitya
FINAL : Pertandingan antara HIMATANA Fakultas Ekonomi dengan Khoiru Ummah Teknik Geologi pada Ukhuwah cup 2017 di Telaga Futsal 2 Condong Catur pada Kamis (21/09). Foto : Rio Adhitya
FINAL : Pertandingan antara HIMATANA Fakultas Ekonomu dengan Khoiru Ummah Teknik Geologi pada Ukhuwah cup 2017 di Telaga Futsal 2 Condong Catur pada Kamis (21/09). Foto : Rio Adhitya
Juara 1 HIMATANA Fakultas Ekonomi dan Bisnis  pada Ukhuwah cup 2017 di Telaga Futsal 2 Condong Catur pada Kamis (21/09). Foto : Rio Adhitya


Ritual Nguras Enceh Menjadi Momen Mencari Berkah

Proses Pengisian Air Ke Gentong Oleh Abdi Dalem
Krisna C.P
Yogyakarta, fotnewsupnyk - Nguras Enceh adalah ritual membagikan air yang berasal dari Enceh (gentong).  Ritual yang berlangsung di Komplek Makam Raja – Raja Mataram, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul ini merupakan ritual yang telah dinantikan oleh masyarakat. Bahkan, sejak pukul 07.30 masyarakat terlihat telah memadati lokasi prosesi Nguras Enceh (22/09).

Prosesi Nguras Enceh dimulai pukul 08.00 WIB dengan doa bersama yang dipimpin oleh abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta. Mayoritas pengunjung datang sembari membawa botol – botol minuman kosong ditangan mereka. Botol – botol itu dibawa dengan tujuan untuk membawa pulang air yang berasal dari Enceh.

Pengunjung Mengais Tumpahan Air Dari Enceh
Krisna C.P


Air dari Enceh tersebut memiliki berbagai kebaikan bagi masyarakat yang percaya. Menurut Raden Mas Bekel Sastro Haryanto (52) salah satu abdi dalam prosesi tersebut, air keramat itu berasal dari sumber mata air yang berada 5 km dari lokasi ritual. Air itupun diyakini mampu memberi keberkahan bagi yang memanfaatkannya.

“Air disini itu ibarat air zam – zam yang ada di Arab. Kalau disana namanya zam – zam, yang disini biasa disebut kong ceh. Untuk masyarakat yang percaya, air ini bisa mendatangkan kesehatan dan panjang umur. Ada pula yang menyiramkan air kong ceh ini pada usaha mereka, tujuannya untuk kelancaran usaha,” tambah  lelaki paruh baya yang kerap disapa Sastro tersebut.

“Saya membawa pulang dua botol untuk diminum keluarga saya supaya terjaga kesehatannya,” ujar Suyatmi (43) salah seorang pengunjung.

Pembagian Air Enceh Kepada Pengunjung
Krisna C.P

Nguras Enceh merupakan ritual tahunan guna menguras Enceh atau gentong di Komplek Pemakaman Raja – Raja Mataram, dan membagikan airnya kepada seluruh pengunjung. Nguras Enceh sendiri dilakukan setiap bulan Suro pada kalender Jawa. Ritual dilaksanakan tepat pada hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon dalam bulan tersebut.

Nguras Enceh merupakan kelanjutan dari Kirab Siwur yang berlangsung sehari sebelumnya. Ritual ini diawali dengan doa bersama pada pukul 08.00 WIB. Setelah itu para abdi dalem bahu membahu menampung air kedalam empat Enceh yang ada. Dilanjutkan dengan prosesi mengalungkan ronce bunga melati pada Enceh, baru kemudain dibagikan kepada pengunjung.

Pengalungan Ronce Bunga Pada Enceh
Krisna C.P

Namun, tidak semua pengunjung yang datang berada di lokasi ritual karena adanya Nguras Enceh ini. Ada beberapa yang datang karena memang hendak ziarah ke makam para Raja. Seperti Sareng (81) seorang peziarah yang datang bersama adiknya.


“Saya datang kesini karena menghargai para pejuang. Saya pecaya, para pejuang lah yang membuat Indonesia menjadi gemah ripah loh jinawi seperti sekarang. Para pejuang yang dimaksud ya Raja – Raja yang dimakamkan disini,” tutur Sareng sambil beristirahat setelah lelah menaiki anak tangga. ~Krisna C.P

Pembagian Air Enceh
Krisna C.P

Potrait Abdi Dalem
Krisna C.P


Enceh Kyai Danumaya
Krisna C.P
Antrean Pengunjung
Krisna C.P

Rabu, 20 September 2017

Melestarikan Wayang Kulit di Era Krisis Kebudayaan



Krisna Catur Pamungkas
Proses pengecatan wayang kulit
Krisna C.P (153150029)
           Yogyakarta : fotnewsupnyk - Berbicara mengenai budaya di Indonesia tentu tak pernah ada habisnya. Salah satu budaya yang telah menjadi identitas bangsa Indonesia yaitu wayang kulit tradisional. Wayang kulit merupakan alat peraga dalam sebuah pertunjukan pewayangan suku Jawa yang dimainkan oleh seorang dalang, dengan diiringi oleh musik gamelan dan tembang yang dinyanyikan oleh seorang sinden. Wayang kulit menggambarkan tokoh – tokoh di dunia pewayangan dengan berbagai macam karakternya.

            Wayang kulit pernah menjadi tontonan dan hiburan tradisional favorit pada zamannya. Namun kini era keemasan wayang kulit mulai berubah menjadi era keterpurukan karena tergusur oleh modernisasi. Hanya segelintir orang yang masih peduli terhadap kelestarian wayang kulit. Salah satunya ialah Suprih (53) yang merupakan pemilik dari Rumah Kerajinan Wayang Kulit Pak Suprih. Lelaki paruh baya asal Dusun Gendeng, Desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul tersebut telah puluhan tahun menggeluti bidang kerajinan wayang kulit.
Suprih Pemilik Rumah Kerajinan
Krisna C.P

        Menurut Suprih, kini masyarakat telah mengesampingkan keberadaan wayang dan lebih peduli terhadap daring mereka masing-masing. Dahulu orang-orang datang memesan tokoh wayang kulit sesuai dengan keinginan mereka sebagai koleksi. Tidak hanya dari domestik, pemesan wayang kulit Suprih juga tidak sedikit yang dari mancanegara. Namun beberapa tahun belakangan ini, Suprih tidak lagi banyak menerima pesanan.

“Sekarang produksi wayang kulit ditempat saya sudah tidak lagi sebanyak dahulu. Orang – orang mulai tidak peduli dengan identitas bangsa mereka, khususnya masyarakat Jawa terhadap wayang kulit. Omset kita menurun tajam semenjak 10 tahun terakhir, tapi kita tetap selalu berusaha untuk ada untuk pecinta wayang kulit,” tutur Suprih ketika ditemui dikediamannya.


           Rumah Kerajinan Wayang Kulit Pak Suprih memiliki dua pekerja, yaitu Jati (54) sebagai pemahat dan Parjiono (40) sebagai pengecat. Proses pembuatan sebuah wayang kulit berukuran standar membutuhkan waktu dua minggu penggarapan. Menggunakan kulit kerbau atau kulit sapi sebagai bahan dasarnya. Kemudian kulit utuh tersebut direndam satu malam di sungai, dikeringkan, lalu dibersihkan bulu-bulunya hingga menjadi kulit yang siap melewati proses penatahan atau pemahatan.

Bahan Baku Pembuatan Wayang
Krisna C.P
 “Pembuatan wayang kulit tidak ada yang gampang prosesnya. Butuh kesabaran dan ketelitian ekstra kalau belum terbiasa. Tetapi masyarakat sekarang kurang bisa menghargai budayanya sendiri itu,”  keluh Jati sembari menatah kulit kerbau kering di teras rumah Suprih.

“Sekarang wayang tidak lagi menjadi idola, padahal wayang pernah menjadi pertunjukan yang sangat ditunggu masyarakat setiap bulannya,” tambah Parjiono yang sedang mengecat sebuah tokoh wayang.


           Proses penatahan dilakukan Jati selama 4 hingga 6 hari pengerjaan, tergantung tingkat kesulitan tokoh yang digarap. Setelah itu dilanjutkan Parjiono dalam proses pengecatan yang memakan waktu kurang lebih 5 hari setiap tokohnya. Proses penyelesaian dan pengemasan dilakukan oleh Suprih. Rumah Kerajinan Wayang Kulit Pak Suprih hanya mematok harga Rp. 400.000 hingga Rp. 1.500.000 setiap tokoh wayang dengan ukuran standar. Tidak hanya wayang biasa, Suprih juga memproduksi souvenir – souvenir wayang kecil sebagai oleh-oleh khas Jawa.

“Sudah sepantasnya masyarakat Jawa khususnya, kembali peduli terhadap budayanya. Jangan menjadi orang Jawa yang hilang Jawanya. Kita diwariskan sebuah kebudayaan yang sakral dan istimewa oleh leluhur kita, kita juga yang harus melestarikannya,” ungkap Suprih sembari menghisap batang rokok disela jarinya. (Krisna C.P)
Proses Pengecatan (2)
Krisna C.P


Penatahan Tahap Awal
Krisna C.P

Penatahan Tahap Akhir
Krisna C.P

FOTO SELENGKAPNYA