Cari

The Lost World, Proyek Siluman di Lereng Merapi

Pembangunan The Lost World Castle yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) dinyatakan telah melanggar peraturan. Bangunan megah tersebut dibangun sejak 2013 tanpa memiliki ijin dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (DPMPPT) Kabupaten Sleman.

Kerak Telur, Jajanan Betawi Yang Mendulang Untung di Perayaan Sekaten

Kerak telur banyak dijajakan di Perayaan Pasar Malam Sekaten (PMPS) yang berlangsung mulai tanggal 10 November hingga 30 November di Alun-alun Utara Yogyakarta. Kurang lebih ada sekitar 20 penjual kerak telur yang memanfaatkan event besar ini untuk mencari uang.

Rahasia Dari TPST Piyungan

“Rasa kepuasan membuat orang miskin adalah seseorang yang kaya, sementara rasa ketidakpuasan membuat orang-orang kaya menjadi seorang yang miskin”, kutipan dari Benjamin Franklin yang terpatri dijiwa Kusmiantoro. Bukan keluhan yang selalu ia lontarkan.

Mengenalkan Kulon Progo Melalui Komunitas Bule Mengajar

“ingin bermanfaat bagi orang lain dan daerah”, sebuah prinsip yang terdengar sederhana.

Ahmad Rewo : Commfest Adalah Rangkaian Cara Yang Sangat Basgus

Ahmad Jihad Akbar Rewo mengatakan semoga acara ini terus ada kedepannya, karena ini adalah sebuah rangkaian acara yang sangat bagus dan bermanfaat.

Selasa, 21 November 2017

Setan Merah Sukses Pecundangi Newcastel di Old Trafford


Hasil memuaskan berhasil diraih oleh Manchaster United. Tim asuhan Jose “The Special One” Mourinho ini sukses membungkam Newcastel dengan skor 4-1 pada laga pecan ke-12 Premier League di Stadion Old Trafford, Sabtu (18/11).

Gol kemenangan tuan rumah masing-masing dicetak oleh Anthony Martial (menit ke-37), Chris Smalling (45+1’), Paul Pogba (54’), dan Romelu Lukaku (70’). Meski sebelumnay setan merah sempat tertinggal lebih dulu melalui gol dari Dwight Gayle (menit ke-14).

Sepanjang laga, Manchaster United tampil determinan dengan menguasiai 65 persen penguasaan bola dan 16 tembakan yang tujuh diantaranya on target.

Sedangan sang tim tamu lebih banyak bermain bertahan, alhasil mereka bermain dibawah tekanan. Terbukti Newcastel hanya dapat melesatkan 11 tembakan dengan lima diantaranya tepat kegawang Manchster United yang dikawal David De Gea.

Walaupun bermain secara bertahan, Newcastel sempat membungkam public Old Trafford dengan gol Dwight Gayle pada menit ke-14 yang memanfaatkan umpan apik dari Yedlin. Sebuah tembakan mendatar merobek jala gawang David De Gea.

Dengan tertinggal 0-1 membuat setan merah kesetanan dengan terus menyerang pertahanan Newcastel. Serangan Manchaster United baru berbuah gol pada menit ke-37 melalui tandukan Martial memanfaatkan umpan Paul Pogba.

Sebelum peluit babak pertama berbunyi, Manchaster United sukses menggandakan skor menjadi 2-1 yang lagi-lagi memanfaatkan umpan silang melalui Chris Smalling. 

Pada babak kedua, pola permainan Manchaster United berubah menjadi lebig baik, pada menit ke-54, Manchaster United berhasil memperlebar jarak menjadi 3-1 lewat gol dari Paul Pogb, Pemain yang sempat absen sejak September lalu. 

Keunggulan 3-1 membuat Manchaster United tampil tanpa beban dan lebih leluasa. Pada menit ke-70, Romelu Lukaku mencetak gol keempat bagi setan merah melalui aksi individualnya melalui dua bek Newcastel dan melesatkan tendangan yang gagal dibendung kipper Newcastel, Elliot.

Selain come backnya Paul Pogba, setan merah mendapat suntikan pemain segar ketika Zlatan Ibrahimovic masuk pada menit ke-77 menggantikan Martial. Ibra sendiri sudah absen membela Manchaster United sejak april lalu. Pemain 36 tahun ini juga nyaris mencetak gol pada menit ke-90, namun sayang peluangnya berhasil digagalkan Elliot.
Hasil 4-1 tidak berubah hingga peluit panjang berbunyi, hasil ini membuat Manchaster United menjaga jarak dengan sang rival sekota, Manchaster City, dipuncak kelasemen dengan selisih delapan poin. 

Senin, 20 November 2017

Ikon Lampung yang Terkikis Oleh Waktu


Menara Siger dari depan
Pemerintah propinsi Lampung membangun sebuah Landmark yang diberi nama menara siger. Menara siger termasuk salah satu objek wisata yang kemegahan bangunannya sirna terkikis oleh waktu. Di kemegahan bangunan itu ada sosok yang menjaga dan merawat yaitu mereka para pegawai menara Siger.
Menara siger merupakan karya arsitektur yang menonjolkan bentuk ciri budaya Lampung. Menurut referensi buku yang ada di menara siger, siger adalah sebuah simbol adat budaya Lampung yang dapat menyatukan berbagai faksi adat di propinsi Lampung. Konstruksi menara siger dalam proses perencanaannya juga mendapat masukan dari berbagai tokoh adat Lampung sehingga menjadi salah satu kebanggan masyarakat Lampung. Kebanggan dimunculkan dalam berbagai cara seperti membuat bentuk skala kecil untuk pintu gerbang perkantoran atau menggunakan sigger sebagai ikon.
Eko hari, Satpol PP



Lokasi yang dipilih untuk pembangunan menara siger adalah wilayah Bakuheni, Lampung Selatan. Letaknya diatas bukit sehingga dapat dilihat dari kapal ferry yang akan merapat ke pelabuhan maupun yang baru berangkat ke arah merak. Bakauheni dipilih dengan alasan kuat yaitu untuk menandakan pintu masuk wilayah propinsi Lampung. Menara siger inilah yang kemudian menjadi pertanda 0 km ujung selatan pulau Sumatera.  “Menara siger menjadi titik nol pulau sumatera. Orang yang datang dari jawa melalui Bakohoni akan melihat ikon lampung menara siger. Filosofi perempuan menggunakan siger, laki menggunakan kopiah’’, jelas Eko hari, selaku pegawai kantor pariwisata Lampung.
Coretan di dinding menara Siger
Obyek wisata di Indonesia menjadi tujuan turis domestik hingga luar negeri. Hal ini tentu berimbas pada pertumbuhan perekonomian daerah di sektor pariwisata tetapi semua itu juga diimbangi dengan fakta miris. Rusaknya tempat wisata karena berbagai faktor, pertama karena ulah pelancong yang tak ramah, kedua minimnya upaya perawatan. Menara siger termasuk salah satu objek wisata yang kemegahan bangunannya sirna terkikis oleh waktu.
            Padatnya wisatawan di menara siger masih terasa sejak tahun 2008 hingga 2012. Para wisatan lebih sering mengunjungi menara siger saat hari sabtu, minggu, lebaran, dan tahun baru. Ketika lebaran idul fitri jumlah pengunjung dapat mencapai 200 hingga 300 wisatawan. “Jumlah wisatawan tahun 2008-2015 masih standar akan tetapi semenjak tahun 2012 minat wisatawan semakin turun. Penjagaan menara siger 24 jam oleh satpol PP, penjagaan terbagi 3 regu dari jam 08.00 hingga 16.00 dan jam 16.00 hingga 00.00  dan 00.00 sampai pukul 08.00’’, ujar Indoweni selaku satpol pp provinsi.
Nasrulloh pegawai menara siger
Penurunan pengunjung menara siger diakibatkan oleh perawatan yang semakin tahun menurun. Sejak 4 tahun yang lalu anggaran untuk menara siger tidak ada.  “Dari 2008 saya sudah disini, selama tahun 2008 telah ada perawatan berupa pengecetan 3 kali, dan perawatan bangunan seperti perbaikan plafon. ’’ ujar Nasrulloh selaku pegawai menara siger. Fasilitas yang di sediakan seperti flying fox, manjat tebing, dan 3 bajaj untuk keliling wisatawan di menara siger terhenti. Perawatan yang kurang mengakibatkan fasilitas hanya berjalan sejak tahun 2013-2016 dan berhenti operasi setahun yang lalu.
Ismawati, salah satu pegawai wanita di menara siger
Para pegawai menara siger bekerja sejak pukul 08.00 hingga 16.00. Sebanyak 14 orang tenaga honor yang bekerja di menara siger, dua diantaranya ialah perempuan. Sejak tahun 2013 para pegawai mencari dana sendiri untuk operasional menara siger. “Kami cari sendiri dari operasional dari pintu masuk toilet untuk beli peralatan pembersih. Hal yang saya senangin bekerja disini walaupun tidak ada anggaran dari pemerintah kami tetap berjalan. Kerjasama dan kekeluargaan di sini terasa kuat’’, ungkap Ismawati, salah satu pegawai wanita di menara siger.
Tujuan wisatawan untuk menikmati destinasi wisata yang ada. Namun apa yang dibayangkan para pengunjung berbanding terbalik. Ketika wisatawan di menara siger, hanya ada sebuah kekecewaan. Ketika memasuki menara siger, tak ada yang menarik. Para wisatawan hanya seperti berjalan di sebuah lorong yang kosong tanpa adas sesuatu. ‘Pengunjung banyak yang protes karena menara Siger tidak sesuai harapan’, ujar Ismawati.

Pemberhentian alokasi dana untuk perkembangan menara siger tidak menghambat Nasrulloh dan para pegawai menara siger dalam menjalankan amanat mereka menjaga ikon Lampung tersebut. Memutar otak demi mendapatkan dana perawatan menara siger mereka lakukan dalam kurun 5 tahun terakhir ini. Harapan mereka hanya satu yaitu pencairan dana pembangunan menara siger dan dapat membuat bangunan itu diminati para wisatan lagi.                                      

Minggu, 19 November 2017

BERMAIN DIKANDANG SENDIRI INDONESIA MENUAI KEKALAHAN


Pemain Timnas U-22 Indonesia Evan Dimas Darmono bersama rekannya menyapa suporter Indonesia seusai bertanding melawan Timnas Malaysia dalam babak semi final SEA Games XXIX Kuala Lumpur di Stadion Majlis Perbandaran Selayang, Malaysia, Sabtu (26/8). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
            Pertandingan uji coba Timnas Indonesia U-23 vs Timnas Suriah di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kamis (16/11) dimenangkan  Timnas Suriah. Bermain dikandang sendiri Timnas Indonesia kalah 2-3 atas Timnas Suriah.
Babak Pertamana
            Bermain dikandang sendiri Timnas Indonesia dapat mengimbangi permainan Timnas Suriah. Dimenit pertama Timnas Suriah langsung  bermain menekan. Moumen Naji menyerang melalui sayap kanan dan berhasil sampai ke dalam kotak pinalti beruntung tendangannya melebar ke sisi kiri gawang Timnas Indonesia.
            Dua menit berselang, Timnas Indonesia mencoba menyerang. Melalui sayap kanan Osvaldo A.H. melewati dua pemain Timnas Suriah dan langsung melepaskan tendangan keras sayang bola melambung diatas gawang Timnas Suria.
            Peluang diperoleh oleh tuan rumah pada menit ke-23 untuk membuka keunggulan. Febri Hariadi melakukan crossing dari sisi kiri lapangan kea rah Osvalo, sayang sundulan Osvalo masih melambung diatas gawang kiper Timnas Suriah.
            Selang tujuh menit Ahmad Alghalab berhasil memasukkan bola ke gawang Timnas Indonesia setelah menfaatkan bola pantulan yang tidak dapat ditahan oleh kiper Timnas Indonesia Satria Tama. Skor 0-1 untuk Timnas Suriah pada menit ke 30.
            Selang tiga menit Timnas Suriah kembali menyerang. Serangan dilakukan oleh Moumen Naji melakukan tendagan keras kearah gawang dari luar kotak pinalti, beruntung bola bisa dihadang oleh kiper Timnas Indonesia Satria Tama.
            Menit ke-35 Timnas Indonesia melakukan penyerangan dari sayap kanan oleh Osvaldo di oper ke arah Septian David Maulana dan umpan berhasil dimaksimalkan menjadi goal ke gawang kipper Timnas, Indonesia menyamakan kedudukan 1-1.
            Menit ke-42 Timnas Suriah mendapatkan tendangan bebas didepan kotak pinalti Timnas Indonesia. Moumen Naji sebagai eksekutor dan berhasil dimanfaatkan menjadi goal untuk Timnas Suriah. Timnas Indonesia kembali tertinggal 1-2 oleh Tmnas Suriah.
            Dua menit berselang Timnas Indonesia berhasil melesatkan goal ke gawang Timnas Suriah. Melalui umpan dari Febri Hariadi dari sayap kiri dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Osvaldo dengan sundulannya yang tidak bisa dijangkau kiper Timnas Suriah.Skor 2-2 untuk Indonesia. Babak pertama berakhir dengan skor 2-2.
Babak Ke dua
            Permainan Timnas Indonesia dan Timnas Suriah tidak mengalami perubahan di babak kedua. Indonesia yang mencoba menambah skor kerap menemui kesulitan menembus pertahanan Timnas Suriah.
Sebaliknya, Timnas Suriah melakukan serangan dari sisi kanan pada menit ke-52 oleh Rabie Srour dioper ke tengah kotak pinalti dan goal untuk Timnas Suriah. Goal dimasukkan oleh Abdullah Al Rahman Barakat. Skor 2-3 untuk kemenangan Timnas Suriah.
Menit ke 90 Timnas Indonesia mendapat kesempatan tendanga bebas. Hargianto ditunjuk sebagai pengeksekusi, Bola di tendang kearah Hansamu Yama, tetapi bola berhasil diambil kiper Timnas Suriah. Skor 2-3 untuk kemenangan Timnas Suriah bertahan hingga peluit panjang ditiupkan.
Berikut susunan pemail kedua tim :
Indonesia U-23 :
Satria Tama Hardianto; Putu Gede Juni Antara, Hansamu Yama Pranata, Ricky Fajrin Saputra, M Rezaldi Hehanusa; Evan Dimas Darmono, Hargianto, Osvaldo Ardiles Haay; Septian David Maulana, Febri Haryadi, Ilham Udin Armaiyn.
Suriah U-23
M. Yazen Qurabi; Jihad Busmar, Mhd Fares Arnaout, Abdullah Jniat, Ahmad Ashkar; Ahmad Alghalab, Mouhamad Anez, Yousef Al Hamwi; Mohamad Zeid Ghrir, Abd Al Rahman Barakat, Moumen Naji.:

Aksi pemain Timnas Indonesia U-23, Hansamu Yama berebut bola dengan kiper Suriah U-23 pada laga persahabatan di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Rabu (16/11/2017). Indonesia kalah 2-3. (Bola.com/NIcklas Hanoatubun)
Osvaldo Haay mencetak gol kedua bagi Timnas Indonesia U-23. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Pemain Timnas U-23 Indonesia melakukan selebrasi usai membobol gawang Timnas U-23 Suriah dalam pertandingan persahabatan di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang Timur, Jawa Barat, Kamis (16/11/2017). Timnas Indonesia kalah 2-3 atas Suriah. (ANTARA /Sigid Kurniawan)

Walk Out Ananda Sukarlan saat pidato Anies Baswedan




            Mendatangi acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolase Kasinius di JIEXpo Kemayoran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapatkan respon negatif. Komposer ternama Ananda Sukarlan melakukan Walk Out saat Anies Baswedan tengah berpidato. Lima menit mendengarkan pidato Anies Baswedan, Ananda Sukarlan putuskan berdiri dan meninggalkan ruangan.
            Ananda Sukarlan merupakan seorang musisi, berpendidikan tinggi dan sempat mendapat penghargaan Anugrah Kebudayaan RI 2015 dan yang memberikan adalah menteri pendidikan pada waktu itu ialah Anies Baswedan. Sebagai seorang berpendidikan dengan gelar master summa cum laude sikap Ananda Sukarlan tidak menunjukan sikap seorang yang berpendidikan.
            Dalam kompas.com dikatakan alasan kenapa Ananda Sukarlan Walk Out karena sosok Anies Baswedan yang diundang di acara itu dinilai tidak mencermikan nilai-nilai ajaran Kanisius. Sedangkan Perhimpunan Alumni Kolase Kanisius Jakarta (PAKKJ) menyayangkan tidakan Ananda Sukarta. Yang dilakukan Ananda Sukarlan merupakan bentuk pribadi pengunggakapan ketidak puasan dirinya.
            Ananda Sukarlan juga menggunggapkan ketidak puasan dirinya terhadap Anies Baswedan melalui pidatonya diatas panggung Ulang Tahun Ananda Sukartlan yang ke 90. Ananda Sukarlan mengkritik panitia ulang tahun Kolase Kasinius karena telah mengundang seseorang yang tidak sama dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Kolase Kasinius.

            Apa yang dilakukan Ananda Sukarlan bukanlan bersumber dari Kolase Kasinius sendiri, melainkan dari dirinya sendiri. Sebagai orang dewasa tentunya mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi masalahnya sendiri. Melakukan tindakan berdasarkan perasaan pribadi akan mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri. (153150053 : Dhimas Bagus Santoso) 

Pasca Ditahan Imbang Oleh Swedia, Berlusconi Dukung Ancelotti Menjadi Pelatih Baru Italia

Sumber :  dailymail.co.uk (Ancelotti kiri, Berlusconi kanan)
FOTNEWSID.BLOGSPOT.CO.ID – Silvio Berlusconi mantan Presiden Ac Milan merasa Carlo Ancelotti merupakan sosok yang tepat untuk melatih Italia. Komentar itu disampaikan pasca Italia ditahan imbang 0-0 swedia pada kualifikasi Piala Dunia 2018 (17/11).

Pelatih Italia Giampiero Ventura dipecat usai menerima hasil imbang tersebut. Skor imbang melawan Swedia menyebabkan Italia gagal lolos ke Piala Dunia 2018 secara dramatis. Pasalnya Italia tidak pernah absen pada Piala Dunia sejak 60 tahun yang lalu.

“Jika Ancelotti menjadi pelatih baru Italia, mengingat cara saya mengenalnya, maka dia akan menjadi orang yang tepat,” ujar Berlusconi kepada Porta a Porta, dilansir dari Football Italia (17/11).

Kegagalan tim berjuluk Gli Azzuri pada Piala Dunia bukan hanya peristiwa yang menyakitkan, tapi juga pukulan serius bagi Italia menurut Berlusconi. Dia juga mengatakan bahwa ini sangat mengecewakan dan memperjelas bahwa sepak bola Italia dalam keadaan tidak baik.


“Sekarang kita harus kembali ke jalurnya, tidak mengabaikan detil apapun dan menemukan pelatih berpengalaman internasional,” tambahnya. (krisnapms)

Selasa, 14 November 2017

Ananda, Penyambung Lidah Ahok

Dalam dinamika demokrasi, perbedaan seakan menjadi tiang penyangganya. Jika sebuah perbedaan dirobohkan, maka demokrasi akan ambruk dan hancur. Sebaliknya, Perbedaan yang kokoh akan membuat demokrasi menjadi kuat dan tidak mudah digoyahkan.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika perbedaan digunakan untuk sarana memecah belah rakyat, sudah ditunggangi kepentingan-kepentingan segelintir oknum, bahkan digunakan sebagai alasan untuk mengucilkan sebuah kelompok tertentu. Saya rasa jika wujud dari perbedaan sudah seperti itu, maka demokrasi sudah keluar dari relnya, sudah digoyahkan pondasinya dan tinggal menunggu saat saat runtuhnya demokrasi.

Mungkin saja hal itu juga yang menjadi beban pikiran Ananda Sukarlan, seseorang yang dalam beberapa hari terakhir menjadi sorotan media karena aksinya yang mengundang kontroversi. Jelas itu sebuah kontroversi, karena menyinggung mengenai perbedaan yang dalam tanda kutip membawa nama agama dan melibatkan orang nomer satu di DKI Jakarta, Anies Baswedan. Ananda melakukan aksi Walk Out (WO) saat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berpidato dalam rangka HUT Kolese Kanisius ke-90.

Aksi WOnya sangat fenomenal, Ananda yang mendapat Penghargaan Kanisius beserta empat almunni Kolese Kanisius lainnya duduk di kursi VIP yang berada di depan sehingga aksinya menarik perhatian tamu lainnya dan kemudian diikuti oleh ratusan alumni lain. Ananda menganggap bahwa penyelenggara mengundang tokoh yang mendapatkan jabatannya melalui cara-cara yang bertentangan dengan ajaran kanisius.

“Justru kita di Kanisius itu menghargai perbedaan. Jadi bukan menggunakan perbedaan itu sebagai bahan memecah belah.”

“(Penyelenggara) Kita telah mengundang seseorang yang mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang berbeda integritas dan nilai-nilainya dengan cara-cara yang diajarkan oleh kita semua di Kanisius,” ungkap Ananda di atas podium.

Mungkin saja apa yang dilakukan ananda dan sebagian hadirin merupakan bentuk dari rasa diskriminasi terhadap kaum minoritas yang bersumber dari pernyataan mantan gubernur DKI, Basuki Cahaya Purnama yang sempat tersandung kasus penistaan agama.

Aksi 411 ataupun 212 yang menamakan diri sebagai aksi bela Islam memang dianggap sebagai bentuk ekspresi dan ruh demokrasi. Namun kita jangan lupa, pelaksanaannya sangat dekat dengan Pemilihan Kepala Daerah DKI, rawan sekali dengan susupan dan muatan politik.

Yang saya khawatirkan adalah jika protes walk out ini masih merupakan indikasi ketidakmampuan untuk melupakan perihnya kekalahan. Bentuk lain dari luapan emosi dari mereka yang terkucilkan, tersakiti, dan terdiskriminasi atas kegaduhan mengenai kasus penistaan agama.

Saya sendiri mengapresiasi Anies yang masih kukuh dan legowo dengan apa yang telah dilakukan sebagain hadirin dalam peringatan HUT ke 90 Kolese Kanisius Jakarta. Sebuah sikap menghargai demokrasi dari seorang pemimpin yang terpilih dari suara mayoritas masyarakat.

Saya tentu juga mengapresiasi tindakan WO sebagian hadirin yang memprotes kehadiran sosok Anies Baswedan, dalam hal demokrasi itu adalah tindakan yang wajar dan biasa. Bahkan bisa menjadi tanda bahwa perbedaan pandangan masih dihargai.

Namun secara etika, saya tidak membenarkan hal tersebut. Seseorang yang sudah diundang, apalagi seorang pemimipin tetapi ketika ia hadir justru dibalas dengan tindakan WO. Lebih tepatnya ini merupakan demokrasi yang salah momen.

Ananda Sukarlan Mewakili Sikap Golongan Seberang Anies

Akhir - akhir ini viral beredar aksi WO Ananda Sukarlan pada saat pidato Anies Baswedan. Ya, Ananda mengkritik mengapa diperayaan 90 tahun Kanisius ini panitia mengundang sosok yang mendapatkan jabatan dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai - nilai di Kanisius. Mungkin Ananda masih tidak terima dengan cara Anies mendapatkan jabatannya.

Memang tidak dapat dipungkiri, pilgub DKI yang dimenangkan Anies memang menyisakan pro kontra. Meskipun sudah tidak dapat diganggu gugat lagi siapa pemenangnya, ya Anies. Namun tidak sedikit masyarakat yang berfikir, kemenangan Anies mutlak karena memanfaatkan isu agama yang sedang menyandung si Ahok.

Persis seperti yang pernah di tweet oleh Buni Yani "semua hal yang mengatasnamakan agama, pasti akan laku." Seperti itu pula mungkin yang dimaksud oleh Ananda, cara Anies mendapatkan jabatannya tidak sesuai dengan nilai - nilai Kanisius.

Sungguh hal yang sangat sensitif apabila membahas tentang keyakinan. Wajar bila Ananda masih sakit hati dengan cara Anies sewaktu pilgub, dan membuatnya WO disaat Anies pidato.

Karena memang sangat disayangkan seorang Anies Baswedan, yang merupakan seorang Intelek tetapi menggunakan kombinasi isu agama untuk berpolitik. Dia memang menang, namun kemenangannya hanya untuk simpatisannya saja. Karena caranya itu dia akan tetap dianggap kalah oleh kelompok yang bersebrangan.

Salah satu yang belum dapat menerima kemenangan Anies bisa dikatakan ialah seorang Ananda Sukarlan. Mungkin dengan aksi WO yang dilakukan Ananda bisa memberi pelajaran bagi Anies. Dimana kemenangan politik tidak serta merta berarti memenangkan hati seluruh rakyatnya.

Ananda menjadi perwakilan dari banyak orang diluar sana yang mungkin tidak suka cara Anies berpolitik pada masa pilgub. Karena sangat tidak etis berpolitik menggunakan isu agama sebagai senjata. Meskipun aksi yang dilakukan oleh Ananda juga tak beretika, namun memiliki pesan yang jelas.


Arief Priyadi, Berusaha dengan Karya

Sumber Foto : google.com

Arief Priyadi Indrawan, anak kedua dari tiga bersaudara yang sedang mengembangkan  karirnya. Mulai dari Disc Jockey atau DJ, pemilik sebuah Production House yang bernama Artnemia, dan salah satu pemilik sebuah bisnis konveksi bernama Allsize di Kota Bandung. Pria berparas tampan dengan brewok tipis kelahiran Indramayu 11 April 1993 tersebut, kini sudah mulai dikenal dikalangan mahasiswa dengan nama DJ Apifunky.

DJ Api sendiri mengatakan awal mula tertarik pada dunia bisnis semenjak ia mengikuti sebuah bisnis MLM. Bisnis MLM biasanya dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Namun DJ Api memiliki sudut pandang lain ketika mengikuti bisnis tersebut. Lelaki asal Indramayu itu mempelajari teknik bisnis dalam MLM yang ia anggap merupakan sebuah trik bisnis yang bagus. Setelah memperoleh ilmunnya, Ariefpun menerapkannya untuk menjalankan bisnisnya sendiri. “Arip memang orangnya sangat gigih dan rajin dalam hal bisnis, meskipun kadang kelakuannya nyleneh,” tambah Sukma teman satu angkatannya diperkuliahan.

Bisnis konveksi sudah Arief mulai sejak SMA bersama dengan kakaknya. Kota Bandung menjadi lokasi mereka menjalankan bisnis konveksi ini. Namun, pria yang hampir genap 24 tahun itu melanjutkan pendidikannya di Jogja. Jarak yang jauh membuat Arief lebih mempercayakan bisnis tersebut kepada kakak kandungnya tersebut. Arif tidak terlalu fokus terhadap Allsize Merch ini. Kehidupannya di Jogja membuatnya melebarkan sayap untuk membuat sebuah Production House (PH) bersama teman perkuliahannya di UPN “Veteran” Yogyakarta.

PH tersebut diberi nama Artnemia, bergerak dibidang audio visual. Artnemia sudah dirintis oleh Arief dan teman-temannya sejak tahun 2012. Hingga kini, Artnemia sudah mendapatkan banyak panggilan dari beberapa daerah diluar Jogja. “Memang target pasar kita bukanlah di Jogja, kita lebih ngutamain yang dari luar Jogja. Karena kalo ngikutin bersaing di Jogja, tentu kita kalah jauh dengan PH lain yang sudah ada dahulu disini,” ungkap Arief. Artnemia menjadi usaha yang menurut Arief memiliki target jangka panjang, tidak seperti menjadi DJ. Arief dan teman-temannya sudah membuka cabang Artnemia di Kota Bandung. Namun mereka masih bermimpi supaya mampu mengembangkannya hingga Bali.

Ditengah kesibukannya menjalankan bisnis sembari kuliah, pemuda kelahiran 93’ ini juga hobi bermain musik. Berawal dari gemar bermain Band sewaktu di SMA, kini sudah merambah ke dunia Disc Jockey sejak 2014. DJ Api mengikuti sebuah sekolah DJ di NightBeat School Of DJ di Brebah, Jogja. Sekolah DJ membuatnya semakin mahir menjadi DJ dan memiliki banyak link untuk manggung. Si Penggemar Chainsmoker kini sudah pentas dibeberapa Kota seperti Magelang, Indramayu dan Jogja tentunya. “Saya suka Chainsmoker dan saya ingin sepertinya. Namun, DJ hanya sekedar hobi yang menghasilkan uang, bukan menjadi prioritas jangka panjang,” tuturnya.

Menjalankan beberapa usaha sekaligus tidak membuat Arief setengah-setengah dalam prosesnya. Selain dapat membiayai kuliah dan kehidupannya sendiri, usahanya juga mendapat beberapa prestasi. Artnemia pernah masuk dalam nominasi Wirausaha Muda Mandiri (WMM). Lalu profesi menjadi seorang Disc Jockey juga pernah mendapat juara 3 dalam sebuah kontes DJ di Jogja. Arief atau yang biasa disapa DJ Apifunky percaya dengan apa yang dinamakan proses berjuang dan berani memulai. Meski usaha yang ia rintis membuat kuliahnya sedikit terhambat, Arief tetap mengutamakan pendidikannya dan terus berusaha meluluskannya.


Susahnya mengurus sebuah PH, ikut membantu mengurus sebuah konveksi, kuliah, dan menerima panggilan pentas DJ membuat Arif kewalahan membagi waktu. Akan tetapi, semua itu tetap Arief tekuni dengan baik. “Kita belum tahu ketika kita belum mencoba, kita lakukan dahulu saja,” tutup Arief.(krisnapms)

Rahasia dari TPST Piyungan

Kusmiantoro
Sumber foto : uwiknanda.blogspot.com

“Rasa kepuasan membuat orang miskin adalah seseorang yang kaya, sementara rasa ketidakpuasan membuat orang-orang kaya menjadi seorang yang miskin”, kutipan dari Benjamin Franklin yang terpatri dijiwa Kusmiantoro. Bukan keluhan yang selalu ia lontarkan. Namun, hanya tawa yang menggerus dada ketika aroma semerbak dari tumpukan sampah raksasa melewati indra penciumanya. Lelaki paruh baya bertubuh gempal itu sudah kebal dengan bebauan khas Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan.

Keluhan Tak Bersuara

Tidak kurang dari 24 jam sehari lelaki perkasa berumur 49 tahun itu bersinggungan dengan sampah dan segala kegelisahannya. Pasalnya, gubuk saksi dari perjuangannya berada tak lebih dari 20 meter dari TPST Piyungan. Gubuk sederhana tersebut menjadi tempat bernaung istri dan empat buah hati dari lelaki yang kerap dipanggil Kus itu. Sialnya, adanya TPST Piyungan berdampak pula pada rusaknya kualitas air tanah daerah sekitar. Tidak nyaman ? itu pasti. Namun apa daya, sudah 21 tahun TPST itu memaksa Kus dan keluarga kecilnya menerima segala kepahitan tersebut.

Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan merenggut 12,5 hektar lahan yang dahulu merupakan pekarangan rindang milik warga. Tanah yang mulanya hijau, rindang, nan sejuk, kini menjadi sebuah bukit sampah raksasa yang setiap harinya bertambah 500ton sampah tak bertuan. Bahkan sekalgus menjadi tempat bermain dan mencari makan ratusan sapi ternak milik warga. Sebuah realita yang memaksa keluarga kecil Kusmiantoro tersedak oleh aroma sampah disetiap tarikan nafasnya.

Sebagai rakyat awam yang bahkan tidak meluluskan pendidikan Sekolah Dasarnya, Kus hanya dapat pasrah dan menerima. Lelaki berumur 49 tahun itu justru mengubah TPST Piyungan menjadi mata pencaharian utamanya sebagai pemulung. Bukan keinginannya, namun keadaan yang memaksa. Baginya, tempat sampah ini adalah rezeki untuk keluarganya. Meski ketika mengatakannya ia sembari menghirup udara yang penuh dengan jutaan penyakit.

            “Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur seperti ini. Kami orang kecil hanya butuh diperdulikan saja kesehatannya,” letup Kus sembari tertawa menghisap sebatang rokoknya.

Kantorku, Tempat Sampahmu

Ketika orang – orang dikota menggunakan setelan jas dan sepatu bagus untuk bekerja, Kus cukup menggunakan sepatu boots lama kesayangannya dan baju seadanya. Asalkan apa yang ia kenakan mampu meredam panas terik matahari, itulah yang Kus gunakan memulung. Mulai beranjak dari rumah saat fajar terbit, dan pulang ketika ufuk barat mulai menawarkan gelap malam. Sahabat yang selalu menemaninya memulung ialah sebatang rokok kretek di sela jari tengah dan telunjuknya.

Musim kemarau dan musim penghujan adalah musuh dari pekerjaannya. Ya, memang kenyataannya segala yang ia kerjakan merupakan musuh yang ia anggap sebagai sahabat. Saat musim kemarau menemani, panasnya terik matahari serasa membakar kulit seorang Kus yang sedang mengais rezeki di bukit sampah raksasa. Itupun masih ditambah dengan aroma limbah rumah tangga yang menguap karena panas terhirup segar dihidung kuatnya. Penghujan, bukan pula solusi dari segala kesengsaraanya, justru semakin mempersulit Kus untuk mencari sampah – sampah favoritnya. Bebarengan dengan aroma khas sampah basah dan kotoran sapi, pijakan untuk kaki kekarnya pun menjadi lumpur sampah yang sulit diinjak. Menurut Kus, semua itu ialah cara Tuhan untuk mencoba umatnya dan harus disyukuri.

Sulitnya bekerja tidak menjamin besarnya penghasilan. Itulah yang lelaki dengan empat anak ini rasakan. Cucuran keringat, letih dan bau dari tubuh gempalnya menjamin penghasilan yang pasti, dan tidak pernah bisa diprediksi. Tujuan mulia seorang Kusmiantoro hanyalah dapat membuat dapur rumahnya mengepul setiap hari dan dapat membiayai anaknya sekolah. Kus sendiri tidak memiliki pengepul khusus, ia menjual hasil memulungnya kepada pengepul yang berani membeli dengan harga terbaik pada hari itu.

Ancaman Sisi Kesehatan

          Menurut Rafael, seorang mahasiswa kesehatan yang sedang magang di kantor TPST Piyungan, tingkat kesehatan udara di daerah Piyungan sangatlah rendah. Bukan hanya itu, kondisi tanah dan air tanah semua tak layak pakai akibat tercemar tumpukan sampah. Hal-hal tersebut mengakibatkan sisi kesehatan seluruh masyarakat sekitar Piyungan terancam bahaya. Penyakit kulit dan pernafasan sudah siap menyambangi tubuh masyarakat setiap detiknya.

Tentu, bekerja pula tak selamanya lancar, apalagi di tempat sampah terbesar di DIY tersebut. Sakit sudah menjadi hal biasa untuk Kus. Kebiasaan menghirup udara tidak sehat membuatnya memiliki gangguan kesehatan pada organ pernafasannya. Tempat kotor yang menjadi tempatnya bernaung setiap hari itu pun turut menyumbang penyakit kulit langganan di tubuh gempal seorang Kusmiantoro. Hal tersebut bukan hanya Kus rasakan sendiri, namun seluruh pekerja/pemulung dan warga sekitar TPST Piyungan turut menjadi korban. Beruntung, dinas setempat yang awalnya menjamin seluruh kesehatan warga sekitar TPST Piyungan, kini terkadang masih sudi untuk peduli terhadap kesehatan warga Piyungan.

“Kami sudah tak masalah dengan adanya tempat sampah ini, kami juga tidak masalah dengan segala ketidaknyamanan karena adanya ini. Tapi, kami hanya berharap supaya pihak dinas memenuhi segala janji yang diutarakan pada awal rencana pembuatan TPST ini. Kami butuh jaminan kesehatan, kami hanyalah membutuhkan itu. Kasihan keluarga kami, tetangga kami, dan warga sekitar TPST yang menjadi langganan penyakit”, ungkap Kusmiantoro sembari memberikan tatapan kosong menuju bukit sampah.

Ya, Kusmiantoro hanyalah satu dari ratusan pemulung lainnya di TPST Piyungan, dan dia pula hanya satu dari sekian banyak warga yang bermukim di sekitar tempat tersebut. Namun, harapan dan keluh kesahnya merupakan suara dari mayoritas pemulung dan warga setempat. Mereka hanya membutuhkan kepedulian Pemerintah kepada nasib mereka. (krisnapms)


Wajah Baru Jurnalisme Musik

Tita Asmaning editor Warning Magz dalam seminar Ruang Bicara di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “V” Yogyakarta. 30/10/2017


Dengan datangnya internet mempengaruhi bentuk dari jurnalisme music. Internet memudahkan masyarakat dalam mencari informasi. Tita Asmaning editor Warning Magz mengatakan internet mempengaruhi pola konsumsi informatif dan pola produksi konten. “internet benar-benar mengubah cara kita, pola konsumsi informasi kita dan tentu juga mempengaruhi pola produksi konten” ungkap editor Warning Magz terebut.
Internet memudahkan musisi berhubungan dengan penggemar. Musisi dapat menyapa penggemar mereka melalui akun sosial media. Penggemar tidak perlu mencari informasi musisi yang mereka sukai dari portal berita. Penggemar memiliki kemudahan untuk mengetahui aktfiras musisi yang mereka sukai melalui sosial media mereka. “kalian (penggemar) gak harus lagi memburu berita mereka (musisi) di portal Rolling Stone, missal Warning, missal Tirto atau yang lainnya, kalian bisa datang melihat instagram mereka, facebook, twitter dan lain lain, untuk mengecek hal terbaru mereka” ungkap Tita Asmaning
Menurut Tita Asmaning ada suatu peran yang bergeser, Tita Asmaning mengungkapkan orang-orang jaman dahulu menggunakan album review sebagai penentu mereka untuk membeli album atau tidak, dan penentu album tersebut laris atau tidak. Sekarang album review bergeser digunaka sebagai berbagi perspektif.
“album review sekarang itu fungsinya bukan sebagai penentu apakah albumnya laris atau enggak, itu lebih sebagai karena orang-orang sekarang lebih terbuka secara lebih vocal untuk mengungkapkan apapun pendapat mereka termasuk media-media ini,  album review digunakan sebagai shering perpektis” uagkap Tita Asmaning
Tita Asmaning mengatakan dalam menulis sebuah liputan musik ada dua hal yang menjadi patokan. Pertama, membuat orang yang tidak datang ke konser musik, merasa di dalam konser dan sedang menonton band tersebut. Kedua, membuat orang yang datang dalam konser mendapat informasi lebih dari ketika mereka datang. Tita Asmaning menambahkan dalam review album tidak hanya berhenti pada kebagusan album tersebut. Jurnalis harus bisa merangkul hal-hal disekitar album tersebut. “kalian sebagai jurnalis, kalian gak hanya boleh berhenti pada “oh aku suka album ini bagus” gk bisa kyak gitu jadi, kalian harus bisa merangkul  hal-ha yang ada disekitar album itu” ungkap Tita Asmaning
Tita Asmaning menuturkan perkembangan internet, ketika orang-orang sudah memiliki media sendiri-sendiri, menimbulkan dua pilihan untuk sebuah media dalam mengembangkan konten berita. Membuat konten terbaru (update) dan membuat konten yang mendalam. “kekita sekarang semua semua bisa menjadi media, ada dua pilihan kalian bisa membuat konten-konten yang update atau kalian membuat konten-konten yang dalam” ungkap Titas Asmaning.
Menurut Tita Asmaning Warning Magz cenderung pada yang ke dua. Ketika semua orang bisa mendapatkan hard news, yang tidak bisa didapatkan adalah berita yang panjang dan mendalam. “Kita gak harus menjadi yang pertama untuk memberitakan sesuatu tapi menjadi lambat dan mendalam adalah sebuah pilihan” ungkap Titas Asmaning. 153150053




Tita Asmaning editor Warning Magz dalam seminar Ruang Bicara di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “V” Yogyakarta. 30/10/2017


Ulet Ifansasti Jurnalisme Photograpy dalam seminar Ruang Bicara di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “V” Yogyakarta. 30/10/2017

Djati Darma dan pembawa berita stasiun televise SCTV dalam seminar Ruang Bicara di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “V” Yogyakarta. 30/10/2017

Sang Penjaga Toilet Umum Jembatan Janti

Saat kumandang Adzan bergema di langit Yogyakarta, seorang pria paruh baya sedang lahap menikmati makan siangnya disebuah warung makan di sekitar jembatan Janti dengn lauk yang sederhana di tambah dengan es teh sebagai pelepas dahaga. Nampak wajah dan kaosnya dibasahi keringat karena teriknya sinar matahari siang itu. 

Lalu lintas di Yogyakarta semakin tahun kian padat, tak terkecuali di daerah Jembatan layang Janti yang menjadi penghubung Yogyakarta menuju Jawa tengah dan Jawa timur, otomatis bus-bus besar banyak melewati Jembatan layang Janti, sehingga memberikan potensi ekonomi yang baik, disekitar jembatan terdapat warung makan, tambal ban, agen travel dan tempat perbelanjaan.

Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi Sumardiyono Mangunkaryo (56 Tahun) warga Caturtunggal, Depok, Sleman, yang memiliki sebuah tanah warisan dari sang kakek di tepi  jalan Janti yang kemudian dibangun menjadi toilet umum. Toilet yang dibuka pada tahun 2004 dan memiliki 3 kamar mandi ini kerap kali digunakan oleh para penumpang bus dari luar kota yang berhenti atau transit sementara, karena toilet selalu dibutuhkan oleh siapapun dan kebutuhan tersebut tidak dapat diwakilkan siapapun. Toilet milik pak Sumardiyono buka mulai dari selepas subuh hingga pukul 22.00 malam dan memiliki tarif Rp. 3000 untuk buang air besar dan kecil, sedangkan untuk mandi dikenai biaya Rp. 5000. Pak Sumardiyono sebelumnya adalah pengemudi taksi  yang selepas pembangunan jembatan Janti pada 1997 berhenti dari aktivitasnya mengemudikan taksi, karena tidak tertatanya taksi-taksi diseputaran jembatan Janti, dan membuatnya harus mencari pekerjaan lain.

Pak Sumardiyono merupakan lulusan STM dan memiliki dua orang putra dan satu orang putra , serta dua orang cucu menggantungkan hidupnya dari jasanya membuka toilet umum. “Ya Alhamdulillah nak, dari sini saya bisa menyekolahkan tiga anak saya,” ujarnya. Dari usahanya tersebut, pak Sumardiyono dapat mendapatkan penghasilan bersih Rp. 50.000, namun terkadang ada penumpang yang memberi kurang dari harga yang dipatok. Segala jenis penumpang sudah diketahui oleh beliau, hingga terkadang kejadian lucu kerap terjadi. “Kadang berak ada yang tidak diguyur, apalagi tuna netra. Kadang saya tidak kuat, jadinya tidak saya guyur,” tutur pak Sumardiyono yang diakhiri dengan gelak tawa. Beliau juga menceritakan bahwa orang Papualah yang memiliki kesopanan dan terkadang justru memberi uang lebih dan orang jawa yang terkenal ramah justru kersp tidak memberikan contoh sopan santun yang baik. “Jangan dilihat dari luarnya, orang timur justru sebelum saya berterimakasih, dia lebih dulu mengucapkannya. Berbeda dengan orang-orang disini yang kadang ‘nunut’ duduk pun tidak minta ijin dan pergi seenaknya,”

Diakhir pembicaraan pak Sumardiyono menitipkan pesan kepada seluruh anak  muda dan generasi penerus bangsa agar tidak tejermus kedalam gelapnya masa depan, dengan berhati-hati dengan lingkungan dimanapun berada dan selektiflah dalam memilih pergaulan, karena yang tahu baik buruknya adalah pribadi masing-masing. Beliau juga mengatakan bahwa setiap orang tua memberikan kepercayaan yang besar pada anaknya, jadi jangan sis-siakan kepercayaan tersebut yang dapat melukai hati orang tua yang akan menjauhkan kita dari kesuksesan, karena pintu kesuksesan di dorong pula oleh doa dari kedua orang tua. Dan pesan terakhir beliau adalah saat sukses nanti janganlah menjadi orang yang arogan dan bersikap apatis kepada lingkungannya, bangunlah lingkungan yang telah membesarkan kalian, bantulah orang-orang yang membutuhkan dan jangan sekali-kali melakukan korupsi, karena akan menjatuhkn nama baik dan akan merugikan orang banyak.   

Lia Andarina Grasia, Raih Prestasi Melalui Komunitas Bule Mengajar

Lia menjadi pembicara dalam acara Kick Andy
Lia menjadi orang Kulon Progo pertama yang berkuliah S2 Bisnis Hospitality STPND Bali dan S2 Pariwisata UGM. Dengan pencapaiannya Lia sering disindir oleh dosen bahwa Kulon Progo tidak bisa berkembang, karena rasa tak terima dan kecintaannya pada daerah asalnya, Lia menanamkan prinsip bahwa kuliah tidak hanya mencari gelar, namun dapat memberikan sesuatu dari ilmu yang didapat, “kuliah ya nggak cuma nyari gelar, tapi bisa membuat sesuatu dari ilmu yang kita dapat” tegas Lia saat di temui di rumahnya, Senin (5/11).

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran Lia sangat besar bagi komunitas Bule Mengajar, sejak berdiri 3 tahun lalu, Lia menjadikan komunitas ini bagian dari dirinya, “bisa dibilang Bule Mengajar itu aku dan aku itu Bule Mengajar” ujarnya. Dalam menjalankan komunitas berbasis sosial, Lia tidak menerima sponsor tetapi hanya menerima donatur yang secara ikhlas mau menyumbang tanpa ada embel-embel balasan, dana yang diperoleh untuk menghidupkan komunitas Bule Mengajar didapatkan dari ajang perlombaan, jadi tidak mengherankan apabila Lia sering mengikutkan komunitasnya dalam berbagai perlombaan. Segudang prestasi telah diraih, diantaranya : 10 sentra pemberdayaan pemuda terbaik DIY 2015, Juara 2 Nasional pemilihan organisasi kepemudaan berprestasi 2015,dan 10 besar finalis Gramedia Reading regional Jateng-DIY.

Selain dari lomba, Lia memanfaatkan tren Voluntary yang menjamur di Eropa yakni sebuah tren untuk mendatangi negara berkembang untuk melakukan agenda sosial, tidak hanya tenaga, tapi uang. Sehingga bule yang mengajar justru membayar kepada Bule Mengajar jika ingin melakukan agenda sosial, “istilahnya kaya kamu disuruh kerja bakti tapi kamu tetep disuruh bayar” ujar Lia. Kejelian dalam membaca peluang juga memberi dampak positif lainnya, Bule Mengajar sekarang memiliki relasi dengan 1 LSM dari Jepang, 1 LSM dari Belanda dan 1 Agen Travel Belanda, kesemua relasi tersebut datang dengan sendirinya karena mengetahui keunikan komunitas Bule Mengajar yang menerapkan pembayaran bagi bule yang akan mengabdi.
Semula tidak berjalan mulus

Keberhasilan dalam membangun komunitas Bule Mengajar tidak didapatkan Lia secara instan, pasang surut dalam perjalanan 3 tahun sudah dialami komunitas ini, mulai dari berurusan dengan polisi, hingga diacuhkan pemerintah. Tahun 2015, Lia pernah tidak didukung oleh pemerintah karena menganggap bahwa komunitas Bule Mengajar hanya komunitas musiman ,tak hanya sampai disitu,  Komunitas Bule Mengajar pernah berurusan dengan polisi dan Dinas Keimigrasian karena salah informasi dan mengira bahwa bule yang mengajar tidak memiliki ijin resmi, hal tersebut menjadi pukulan bagi Lia yang kala itu sedang sibuk meyelesaikan tesisnya,berat badannya turun 10 kg dalam waktu 2 bulan. bermula dari kejadian tersebut, Lia mematenkan akta pendirian Bule Mengajar sehingga memiliki ijin resmi dan legal dalam menjalankan segala programnya.

Walaupun sekarang hampir tiap minggu ada bule yang datang untuk mengajar, saat Bule Mengajar menghadapi masalah tahun 2015 hampir 3 bulan segala kegiatan berhenti karena ketakutan Lia untuk meneruskan agenda-agenda para bule yang dicurigai kepolisian. Titik balik dari segala keterpurukan Lia dan teman-temannya bermula ketika suatu hari Lia mengantarkan adiknya ke sekolah, saat itu ada salah satu guru yang bertanya mengenai program Bule Mengajar yang sudah tidak pernah menyambangi sekolah tersebut, berkat pertanyaan tersebut Lia seakan bangkit dari kegelapan dan kembali menemukan sinar kepercayaan. "aku merasa ada power yang membuat aku keluar dari keterpurukan” tegas Lia. Ia bangkitkan lagi segala agenda dengan benyak melakukan evaluasi seperti mewajibkan bule untuk berpakaian formal saat mengajar.

Seperti perkataan Lia, “Bule Mengajar adalah aku dan aku adalah Bule Mengajar” berkat komunitasnya, Lia berhasil meraih prestasi berkat kegigihannya dalam mengembangkan komunitas Bule Mengajar.  Bahkan seminggu sebelumnya, Lia baru saja menjadi Delegasi Outstanding Student For The World 2017 di India, Lia menjadi 1 dari 12 delegasi yang dipilih dari seluruh Indonesia dan ia menjadi satu-satunya perempuan yang terpilih. Hal tersebut diapresiasi oleh pemerintah India, karena isu kesetaraan gender sedang menjadi topik hangat di negeri Bollywood itu. Dalam kunjungannya ke India, Lia tak henti-hentinya mempromosikan Kabupaten Kulon Progo yang sedang hangat dengan berita pembangunan Bandara Internasionalnya.

Keberhasilannya menjadi delegasi Internasional tak lepas dari prestasi-prestasi yang pernah ia raih, karena syarat agar dapat menjadi delegasi adalah penghargaan nasional. Berkat Bule Mengajar jugalah segala penghargaan ia dapatkan, mulai dari Juara 1 Pemuda Pelopor DIY Bidang Pendidikan tahun 2015 hingga Juara 1 Pemuda Pelopor Nasional Bidang Pendidikan tahun 2015. Ia dapat terpilih menjadi Juara nasional karena program Bule Mengajar dapat diaplikasikan di seluruh daerah di Indonesia.

Dengan segala keberhasilan yang ia maupun Bule Mengajar dapatkan tidak membuat Lia berhenti menggantungkan harapan dan cita-cita, ia bermimpi untuk mengembangkan program Bule Mengajar ke daerah lain serta membuat gerakan sosial lainnya yang dapat berguna bagi banyak orang. 

Mengenalkan Kulon Progo Melalui Komunitas Bule Mengajar


“ingin bermanfaat bagi orang lain dan daerah”, sebuah prinsip yang terdengar sederhana. Namun prinsip itu menjadi kekuatan Lia Andarina Grasia (27 tahun) untuk melakukan gebrakan dalam dua bidang sekaligus, pendidikan dan pariwisata. Lulusan Magister Pariwisata UGM ini mendirikan sebuah komunitas yang memfasilitasi Warga Negara Asing atau yang sering disebut bule untuk melakukan aktivitas sosial bagi masyarakat di daerah Kulon Progo, Yogyakarta.

Komunitas tersebut diberi nama “Bule Mengajar”. Didirikan pada 28 Oktober 2014 oleh Lia dan delapan orang temannya disaat ia sedang sibuk  menyelesaikan studi S2nya di UGM, lingkungan UGM yang rajin dalam melakukan program pertukaran pelajar maupun menyediakan beasiswa bagi mahasiswa asing, membuat Lia berpikir untuk membawa teman-teman bulenya ke kampung halamannya di Kulon Progo, daerah yang hanya berjarak 30 KM dari pusat kota Yogyakarta namun jarang dikunjungi bule. 

Saat pertama kali mengajak bule untuk datang ke Kulon Progo, Lia membawa  4 orang temannya yang berasal dari Jerman untuk datang ke SMA 2 Wates, bukan tanpa alasan kenapa Lia membawa bule ke sekolah. Dia mendengar bahwa kurikulum K13 mewajibkan siswa untuk  bisa berbicara secara langsung, para siswa mulanya heran dengan kedatangan para bule, dan menanyakan “itu program apa?” kata Lia menirukan perkataan salah satu siswa. Dengan spontan Lia menjawab “Bule mengajar”, sejak saat itulah ditetapkan sebagai hari lahirnya komunitas Bule Mengajar, dan menjadikan rumahnya di Desa Bendungan, Kecamatan Wates sebagai secretariat komunitas Bule Mengajar.

Atasi Kecanduan Game dengan aplikasi AntiCandu

Menghabiskan waktu dengan bermain game seakan sudah menjadi gaya hidup baru masyarakat. Dengan bermain game, diharapkan dapat mengobati rasa jenuh dan stress setelah seharian berkegiatan. Namun banyak dari mereka yang justru terjebak dengan game, membuat mereka kecanduan dan melupakan kegiatan lainnya. Bahkan di Tiongkok, banyak laporan yang menunjukan bahwa masyarakat sering berlama-lama di game online, dan yang paling ekstreme ada juga yang sampai menginap di tempat game online.

Durasi bermain dapat dikontrol

Melihat realita tersebut, dua orang asal Kulon Progo berhasil menciptakan sebuah aplikasi yang ditujukan bagi para gamers agar dapat mengurangi intensitas mereka dalam bermain game. Faturahman Yudanto (20) dan Wahyu Satrio Nugroho (20) berhasil menciptakan aplikasi AntiCandu yang dibuat pada tahun 2013 dan berhasil menyabet medali perak dalam Olimpiade Penelitian Sains Nasional (OPSI) 2013 di Jakarta. 

Proses pembuatan aplikasi ini terbilang lama, lebih dari 3 bulan, Satrio menyampaikan kalau membuat software aplikasi itu tidaklah mudah, “butuh mikir dulu bagaimana cara mainnya, baru disusun dalam Bahasa kode” Ujar Rio. Setelah Bahasa kode tersusun dan mendekati proses akhir perlu ditest apakah terdapat kesalahan dalam aplikasi tersebut. Jika sudah dirasa sesuai dengan harapan, maka softwire aplikasi AntiCandu bisa dipublikasikan untuk masyarakat, Yuda dan Satrio mempublikasikannya lewat web milik mereka sendiri dan membagikan linknya kepada orang-orang disekitarnya dengan harapan agar link tersebut segera tersebar.


Sistem kerja antiCandu

Sistem kerja aplikasi AntiCandu adalah membatasi waktu bermain game hanya 3 jam dalam 24 jam. Jadi setelah gamers bermain game selama 3 jam, maka game tersebut tidak akan dapat dijalankan dan harus menunggu hari berikutnya. Aplikasi ini dirasa cukup efektif bagi para orang tua yang ingin mengontrol anaknya untuk tidak berlama-lama bermain game dan bagi para gamers yang ingin insyaf dari kecanduan game. AntiCandu dapat diaplikasikan ke computer ataupun smartphone. Saat ini AntiCandu sudah diunduh sebanyak 873 kali sejak pertama kali dirilis November 2013, dan diharapkan semakin banyak diunduh untuk membantu masyarakat menangani fenomena kecanduan game yang menurunkan produktifitas bangsa.

Dengan membatasi durasi bermain game, diharapkan menjadi hal positif bagi para pecandu game agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu didepan layar computer. Para pemuda adalah asset bangsa dan calon pemimpin kelak, jika terlalu banyak bermain game bisa sangat menghawatirkan dampaknya bagi mental para pemuda. Mereka akan individualis, tempramen dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar karena kebiasaan bersenang-senang denga diri mereka sendiri.
(Helmi Iqbal M / 153150101)