Terang telah berganti
gelap. Pada malam jumat di setiap minggunya, makam Tubagus Sulaiman tidak
pernah sepi dipadati peziarah.
Makam Tubagus Sulaiman
terletak di area Pantai Wartawan. Lebih tepatnya, tempat ini berada di gua
bukit gunung Botak. Makam ini merupakan tempat yang dikeramatkan oleh
masyarakat Lampung.
Semasa hidupnya,
Tubagus Sulaiman adalah pengajar agama Islam yang suka berkeliling dari satu
pulau ke pulau lain. Ia juga bisa disebut sebagai wali. Kawasan pantai Wartawan
inilah yang menjadi tempat singgah pertamanya sebagai tujuan penyebaran agama
Islam.
Murtado (27), warga sekitar pantai Wartawan
Murtado (27), warga
sekitar pantai Wartawan mengatakan,
setiap malam jumat, tempat ini selalu dipadati pengunjung yang ingin
berziarah. Para pengunjung itu berasal dari berbagai daerah, ada yang dari
Banten, Aceh, Palembang, dan Bandung.
“Ya, biasanya tempat
ini ramai untuk berziarah atau berdoa untuk mengabulkan permohonan” ungkapnya
disela-sela kesibukannya.
Di sisi lain, sosiolog
FISIP UPN Yogyakarta, Dr. Lukmono Hadi mengatakan fenomena ziarah massal ini
tidak akan pernah luntur. Makam itu juga dianggap suci oleh sebagian
masyarakat. Sebab, terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi keimanan seseorang.
“Ziarah ke makam secara
massal tidak akan pernah luntur, sebab itu merupakan bentuk perbuatan amaliah”
ungkap mantan Dekan FISIP UPN Yogyakarta ini.
Tambah Lukmono, ziarah
sudah dikemas dalam bentuk wisata religi. Wisata ini biasa dilakukan secara
bersamaan melalui agen perjalanan untuk berkunjung ke makam-makam yang
dikeramatkan. Sesuatu yang dikeramatkan ialah bentuk konstruksi sosial.
Lebih lanjut, Lukmono
memberi acuan berdasar Teori Realitas Sosial oleh Peter Berger dan Thomas
Luckman yang mengatakan dalam proses sosial, manusia dipandang sebagai pencipta
realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Hal ini
menimbulkan pandangan bahwa ziarah ke makam wali dan kyai sebagai wujud
memperkuat kerohanian.
Disamping
itu juga, fenomena ziarah ini dipengaruhi oleh anggapan bahwa berdoa di makam
yang disucikan dapat mengabulkan doa. Hal ini kemudian yang mendorong
masyarakat beriringan datang ke makam.
“Mereka menginginkan
harapan yang terkabul” tambah ayah satu anak itu.
Meski demikian, ketika
disinggung mengenai masyarakt Indonesia yang percaya hal mistis, Lukmono
menjelaskan berdasarkan pemikiran Auguste Comte ada tiga tingkatan intelegensi manusia. Salah satunya
adalah tingkatan teologis yang meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di
dunia ini dikendalikan oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para dewa,
roh, atau Tuhan.
“Pemikiran ini menjadi
dasar mutlak untuk menjelaskan segala fenonema yang terjadi di sekitar manusia,
sehingga terkesan irasional” tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar