Lia menjadi pembicara dalam acara Kick Andy |
Lia menjadi orang Kulon Progo pertama yang berkuliah S2 Bisnis Hospitality STPND Bali dan S2 Pariwisata UGM. Dengan pencapaiannya Lia sering disindir oleh dosen bahwa Kulon Progo tidak bisa berkembang, karena rasa tak terima dan kecintaannya pada daerah asalnya, Lia menanamkan prinsip bahwa kuliah tidak hanya mencari gelar, namun dapat memberikan sesuatu dari ilmu yang didapat, “kuliah ya nggak cuma nyari gelar, tapi bisa membuat sesuatu dari ilmu yang kita dapat” tegas Lia saat di temui di rumahnya, Senin (5/11).
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran Lia sangat besar bagi komunitas Bule Mengajar, sejak berdiri 3 tahun lalu, Lia menjadikan komunitas ini bagian dari dirinya, “bisa dibilang Bule Mengajar itu aku dan aku itu Bule Mengajar” ujarnya. Dalam menjalankan komunitas berbasis sosial, Lia tidak menerima sponsor tetapi hanya menerima donatur yang secara ikhlas mau menyumbang tanpa ada embel-embel balasan, dana yang diperoleh untuk menghidupkan komunitas Bule Mengajar didapatkan dari ajang perlombaan, jadi tidak mengherankan apabila Lia sering mengikutkan komunitasnya dalam berbagai perlombaan. Segudang prestasi telah diraih, diantaranya : 10 sentra pemberdayaan pemuda terbaik DIY 2015, Juara 2 Nasional pemilihan organisasi kepemudaan berprestasi 2015,dan 10 besar finalis Gramedia Reading regional Jateng-DIY.
Selain dari lomba, Lia memanfaatkan tren Voluntary yang menjamur di Eropa yakni sebuah tren untuk mendatangi negara berkembang untuk melakukan agenda sosial, tidak hanya tenaga, tapi uang. Sehingga bule yang mengajar justru membayar kepada Bule Mengajar jika ingin melakukan agenda sosial, “istilahnya kaya kamu disuruh kerja bakti tapi kamu tetep disuruh bayar” ujar Lia. Kejelian dalam membaca peluang juga memberi dampak positif lainnya, Bule Mengajar sekarang memiliki relasi dengan 1 LSM dari Jepang, 1 LSM dari Belanda dan 1 Agen Travel Belanda, kesemua relasi tersebut datang dengan sendirinya karena mengetahui keunikan komunitas Bule Mengajar yang menerapkan pembayaran bagi bule yang akan mengabdi.
Semula tidak berjalan mulus
Keberhasilan dalam membangun komunitas Bule Mengajar tidak didapatkan Lia secara instan, pasang surut dalam perjalanan 3 tahun sudah dialami komunitas ini, mulai dari berurusan dengan polisi, hingga diacuhkan pemerintah. Tahun 2015, Lia pernah tidak didukung oleh pemerintah karena menganggap bahwa komunitas Bule Mengajar hanya komunitas musiman ,tak hanya sampai disitu, Komunitas Bule Mengajar pernah berurusan dengan polisi dan Dinas Keimigrasian karena salah informasi dan mengira bahwa bule yang mengajar tidak memiliki ijin resmi, hal tersebut menjadi pukulan bagi Lia yang kala itu sedang sibuk meyelesaikan tesisnya,berat badannya turun 10 kg dalam waktu 2 bulan. bermula dari kejadian tersebut, Lia mematenkan akta pendirian Bule Mengajar sehingga memiliki ijin resmi dan legal dalam menjalankan segala programnya.
Walaupun sekarang hampir tiap minggu ada bule yang datang untuk mengajar, saat Bule Mengajar menghadapi masalah tahun 2015 hampir 3 bulan segala kegiatan berhenti karena ketakutan Lia untuk meneruskan agenda-agenda para bule yang dicurigai kepolisian. Titik balik dari segala keterpurukan Lia dan teman-temannya bermula ketika suatu hari Lia mengantarkan adiknya ke sekolah, saat itu ada salah satu guru yang bertanya mengenai program Bule Mengajar yang sudah tidak pernah menyambangi sekolah tersebut, berkat pertanyaan tersebut Lia seakan bangkit dari kegelapan dan kembali menemukan sinar kepercayaan. "aku merasa ada power yang membuat aku keluar dari keterpurukan” tegas Lia. Ia bangkitkan lagi segala agenda dengan benyak melakukan evaluasi seperti mewajibkan bule untuk berpakaian formal saat mengajar.
Seperti perkataan Lia, “Bule Mengajar adalah aku dan aku adalah Bule Mengajar” berkat komunitasnya, Lia berhasil meraih prestasi berkat kegigihannya dalam mengembangkan komunitas Bule Mengajar. Bahkan seminggu sebelumnya, Lia baru saja menjadi Delegasi Outstanding Student For The World 2017 di India, Lia menjadi 1 dari 12 delegasi yang dipilih dari seluruh Indonesia dan ia menjadi satu-satunya perempuan yang terpilih. Hal tersebut diapresiasi oleh pemerintah India, karena isu kesetaraan gender sedang menjadi topik hangat di negeri Bollywood itu. Dalam kunjungannya ke India, Lia tak henti-hentinya mempromosikan Kabupaten Kulon Progo yang sedang hangat dengan berita pembangunan Bandara Internasionalnya.
Keberhasilannya menjadi delegasi Internasional tak lepas dari prestasi-prestasi yang pernah ia raih, karena syarat agar dapat menjadi delegasi adalah penghargaan nasional. Berkat Bule Mengajar jugalah segala penghargaan ia dapatkan, mulai dari Juara 1 Pemuda Pelopor DIY Bidang Pendidikan tahun 2015 hingga Juara 1 Pemuda Pelopor Nasional Bidang Pendidikan tahun 2015. Ia dapat terpilih menjadi Juara nasional karena program Bule Mengajar dapat diaplikasikan di seluruh daerah di Indonesia.
Dengan segala keberhasilan yang ia maupun Bule Mengajar dapatkan tidak membuat Lia berhenti menggantungkan harapan dan cita-cita, ia bermimpi untuk mengembangkan program Bule Mengajar ke daerah lain serta membuat gerakan sosial lainnya yang dapat berguna bagi banyak orang.
0 komentar:
Posting Komentar